PEMENANG
KUSALA SASTRA TERBAIK
By : Novi Andriyani
Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) adalah
sebuah ajang penghargaan bagi dunia kesusastraan Indonesia yang didirikan oleh
Richard Oh dan Takeshi Ichiki dan mulai dilaksanakan sejak tahun 2001. Dalam
ajang penghargaan KSK, 10 karya terbaik biasanya dibagi ke dalam beberapa
kategori, seperti fiksi, puisi, prosa, dan lain-lain. Pada
awalnya, Kusala Sastra Khatulistiwa bernama Khatulistiwa Literary Award. Namun,
pada tahun 2014 nama tersebut berganti menjadi Kusala Sastra Khatilistiwa. Nah,
mengenai cara penghitungan pemenang penghargaan KSK ini, seleksi dilakukan
secara ketat oleh para juri untuk buku-buku puisi dan prosa terbit dalam kurun
waktu 12 bulan terakhir. Dari sekian banyak pemenang Kusala Sastra, berikut adalah list yang memang menurut ku terbaik, emang layak juara dan di baca minimal sekali seumur hidup hahaha...
RADEN
MANDASIA SI PENCURI DAGING SAPI
by : Yusi Avianto Pareanom
Ranting Goodreads : 4.57
Raden Mandasia Si Pencuri Daging
Sapi adalah judul novel karya sastrawan Yusi Avianto Pareanom yang diterbitkan
pada bulan Maret 2016 oleh Banana Publishing. Buku setebal 448 halaman dengan
nomor ISBN 978-979-1079-52-5 ini mengantarkan Yusi Avianto memenangi penghargaan
Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2016 untuk kategori Prosa. Fyi, Raden Mandasia ini adalah buku Favorite ku dari sekian banyak buku yangg ku baca, Raden Mandasia adalah pujaan ku banget.kalian wajib baca!
BLURB :
SUNGU LEMBU menjalani
hidup membawa dendam. Raden Mandasia menjalani hari-hari memikirkan
penyelamatan Kerajaan Gilingwesi. Keduanya bertemu di rumah dadu Nyai Manggis
di Kelapa. Sungu Lembu mengerti bahwa Raden Mandasia yang memiliki kegemaran
ganjil mencuri daging sapi adalah pembuka jalan bagi rencananya. Maka, ia pun
menyanggupi ketika Raden Mandasia mengajaknya menempuh perjalanan menuju
Kerajaan Gerbang Agung.
Berdua, mereka tergulung
dalam pengalaman-pengalaman mendebarkan: bertarung melawan lanun di lautan,
ikut menyelamatkan pembawa wahyu, bertemu dengan juru masak menyebalkan dan
hartawan dengan selera makan yang menakjubkan, singgah di desa penghasil kain
celup yang melarang penyebutan warna, berlomba melawan maut di gurun,
mengenakan kulit sida-sida, mencari cara menjumpai Putri Tabassum Sang Permata
Gerbang Agung yang konon tak pernah berkaca—cermin-cermin di istananya bakal
langsung pecah berkeping-keping karena tak sanggup menahan kecantikannya, dan
akhirnya terlibat dalam perang besar yang menghadirkan hujan mayat belasan ribu
dari langit.
Meminjam berbagai
khazanah cerita dari masa-masa yang berlainan, Yusi Avianto Pareanom
menyuguhkan dongeng kontemporer yang memantik tawa, tangis, dan maki makian
Anda dalam waktu berdekatan—mungkin bersamaan.
ISINGA:
ROMAN PAPUA
by : Dorothea Rosa Herliany
ISINGA:Roman Papua,
karya sastrawati Dorothea Rosa Herliany yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka
Utama pada tahun 2015. Buku setebal 218 halaman dengan nomor ISBN
978-6020-312-62-0 ini mengantarkan Dorothea memenangi penghargaan Kusala Sastra
Khatulistiwa dalam kategori Prosa pada tahun 2015. Buku ini merupakan novel
berlatar Papua yang masih berbicara tentang ketertindasan perempuan. Wanita
mengalami kesengsaraan akibat kepercayaan adat dalam rangka melestarikan dogma
patriarki dan diskriminasi. Dorothea Rosa Herliany menghadirkan panggung
imajinasi Papua lewat penerbitan Prosa ISINGA:Roman Papua (2015). Novel ini
mengajak pembaca menjelajahi semesta Papua lewat tragedi percintaan yang
dialami Meage dan Irewa dengan latar belakang konflik sosial-kultural, isu
gender, dan aktivisme. Kisah percintaan sebagai siasat menampilkan uraian
etnografis-sosiologis tanah Papua.
BLURB :
Selang beberapa hari,
Malom datang. Ia minta Irewa pulang. Mama Kame dan Bapa Labobar tak bisa
mencegah. Malom adalah suami yang sah. Orangtua Malom sudah membeli Irewa
dengan sejumlah babi-babi sebagai mas kawin. Selain itu, Irewa juga seorang
yonime, juru damai dua pihak yang bermusuhan. Irewa harus mau untuk kembali ke
Hobone. Kembali ke kehidupan sehari-harinya yang berat. Mau atau tidak, ia
harus menjalaninya. Tak ada pilihan. Kehamilan demi kehamilan, keguguran demi
keguguran tidak mengurangi niat Malom untuk terus punya anak. Malom berpikir
itu sudah menjadi tugasnya sebagai laki-laki. Tugas yang diminta masyarakat.
Suami harus mengawini istri agar menghasilkan anak. Perempuan adalah makhluk
yang mendatangkan kesuburan. Anak laki-laki berguna untuk menuntut pengakuan
akan tanah dan simbol penerus keturunan. Makin banyak anak laki-laki, makin
berharga dan bermartabat. Tanah luas dan keturunan banyak. Anak laki-laki juga
berguna agar prajurit mati ada yang menggantikan. Anak perempuan bernilai
ekonomi. Perempuan berguna untuk mendapatkan mas kawin dan harta adat (babi).
by : Mahfud Ikhwan
BLURB :
“Ini kisah yang sebenarnya belum lama terjadi. Sebuah kisah kelabu penuh darah. Hanya seumuran dua kali coblosan lurah; tidak berselang lama dari saat, untuk pertama kalinya di daerah sini, Golkar menang dari Petiga dengan mudah.”
Demikianlah Warto Kemplung mengawali kisahnya kepada siapa saja yang sudi mendengarnya di warung kopi: kisah asmara antara Mat Dawuk dan Inayatun, dua sejoli yang dipandang miring oleh masyarakat, berlatar kehidupan sosial sebuah desa Jawa yang berubah oleh tanaman komoditas dan kerja menjadi buruh migran, dibalut dengan humor, laga, dan dendang film India. Masalahnya, sejauh mana cerita Warto itu sungguh-sungguh terjadi; atau hanya bualan untuk menutupi masa lalunya sendiri?
PULANG
by
Leila S. Chudori,
Pulang adalah judul novel karya Leila S.
Chudoriyang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia pada tahun 2013. Buku
setebal 552 halaman dengan ISBN 978-979-91-0515-8 ini mengantarkan Leila
memenangi Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori prosa pada
tahun 2013. Pulang merupakan sebuah drama keluarga, persahabatan, cinta dan pengkhianatan
berlatar belakang tiga peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September 1965,
Perancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.
BLURB :
Paris, Mei 1968. Ketika
revolusi mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo seorang eksil politik
Indonesia bertemu Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang ikut
demonstrasi melawan pemerintah Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima
kabar dari Jakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan
dinyatakan tewas. Dimas merasa cemas dan gamang. Bersama puluhan wartawan dan
seniman lain, dia tak bisa kembali ke Jakarta karena paspornya dicabut oleh
pemerintah Indonesia. Sejak itu mereka mengelana tanpa status yang jelas dari
Santiago ke Havana, ke Peking dan akhirnya mendarat di tanah Eropa untuk mendapatkan
suaka dan menetap di sana.
Di tengah kesibukan
mengelola Restoran Tanah Air di Paris bersama tiga kawannya: Nug, Tjai, dan
Risjaf—mereka berempat disebut Empat Pilar Tanah Air—Dimas, terus-menerus
dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia satu persatu tumbang,
dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan Peristiwa 30
September. Apalagi dia tak bisa melupakan Surti Anandari—isteri Hananto—yang
bersama ketiga anaknya berbulan-bulan diinterogasi tentara
MARYAM
by : Okky Madasari
Maryam adalah judul novel karya Okky
Madasari yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama 2012. Buku ini mengantarkan
Okky Madasari Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori Fiksi pada
tahun 2012.
BLURB :
Kami hanya ingin
pulang. Ke rumah kami sendiri. Rumah yang kami beli dengan uang kami sendiri.
Rumah yang berhasil kami miliki lagi dengan susah payah, setelah dulu pernah
diusir dari kampung-kampung kami. Rumah itu masih ada di sana. Sebagian ada
yang hancur. Bekas terbakar di mana-mana. Genteng dan tembok yang tak lagi
utuh. Tapi tidak apa-apa. Kami mau menerimanya apa adanya. Kami akan
memperbaiki sendiri, dengan uang dan tenaga kami sendiri. Kami hanya ingin bisa
pulang dan segera tinggal di rumah kami sendiri. Hidup aman. Tak ada lagi yang
menyerang. Biarlah yang dulu kami lupakan. Tak ada dendam pada orang-orang yang
pernah mengusir dan menyakiti kami. Yang penting bagi kami, hari-hari ke depan
kami bisa hidup aman dan tenteram.
BILANGAN
FU
by : Ayu Utami
Bilangan Fu adalah salah satu novel
trilogi karya Ayu Utami, yang diterbitkan oleh Kepustakaan
Populer Gramedia pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, berkat novel ini,
penulisnya memenangi penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa. Novel ini
bercerita tentang persahabatan yang melibatkan cinta segitiga dan petualangan
dengan latar belakang Pegunungan Kapu di pantai Selatan Jawa. Tiga tokoh
utama dalam novel ini adalah Sandi Yuda, Parang Jati, dan Marja Manjali. Buku-buku
dalam Serial Bilangan Fu yang telah terbit adalah Manjali dan Cakrabirawa,
Lalita dan Maya. Cerita Bilangan Fu menyangkut wacana spritual-keagamaan,
kebatinan maupun mistik.
BLURB :
Yuda, "si
iblis", seorang pemanjat tebing dan petaruh yang melecehkan nilai-nilai
masyarakat. Parang Jati, "si malaikat", seorang pemuda berjari
duabelas yang dibentuk oleh ayah angkatnya untuk menanggung duka dunia. Marja,
"si manusia", seorang gadis bertubuh kuda feji dan berjiwa matahari.
Mereka terlibat dalam
segitiga cinta yang lembut, di antara pengalaman-pengalaman keras yang berawal
dari sebuah kejadian aneh-- orang mati yang bangkit dari kubur-- menuju
penyelamatan perbukitan gamping di selatan Jawa.
Di antara semua itu,
Bilangan Fu sayup-sayup menyingkapkan diri.Pengarang menamai nafas novelnya
"spiritualisme kritis". Yaitu, yang mengangkat wacana spiritual--
keagamaan, kebatinan, maupun mistik-- ke dalam kerangka yang menghormatinya sekaligus
bersikap kritis kepadanya, yang mengangkat wacana keberimanan, tanpa terjebak
dalam dakwah hitam dan putih. Novel ini adalah manifesto Ayu Utami tentang
sebuah sikap yang dianggap perlu diutamakan di zaman ini: sikap religius
ataupun spiritual, yang kritis.
KITAB
OMONG KOSONG
by : Seno Gumira Ajidarma
Kitab Omong Kosong adalah judul novel
karya Seno Gumira Ajidarma yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun
2004. Buku setebal 444 halaman dengan ISBN 979-3062-19-3, ini mengantarkan Seno
memenangi Penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa untuk kategori Prosa, tahun
2005.
BLURB :
"Tolong sampaikan
agar cerita ini tidak usah dibaca karena membuang waktu, pikiran dan tenaga.
Sungguh hanya suatu omong kosong belaka. Mohon maaf sekali lagi untuk
permintaan tolong ini. Maaf, beribu-ribu mohon maaf." Cerita ini memang
ditulis oleh Togog, yang merasa minder dan terasingkan dalam sebuah dunia yang
sangat memuja Semar. Berkisah tentang malapetaka serbuan balatentara Sri Rama
yang menyapu anak benua, dan menghadirkan pemandangan bencana. Inilah kisah
Satya dan Maneka, rakyat yang menjadi korban, yang menjelajah dalam pencarian
Walmiki penulis Ramayana, sembari berlayar di samudera cerita. Inilah saat
kematian Sang Hanoman, wanara agung yang ditakdirkan berumur panjang, untuk
menjaga kebudayaan. Kenapa Togog menganjurkan cerita ini tidak dibaca? Nah!
0 komentar:
Posting Komentar