Pages

Selasa, 15 Oktober 2019

#Noviandriyani - Bungsu Rasa Tunggal

Bungsu Rasa Tunggal
By. Novi andriyani
Aku adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. Nah kali ini yang bakal tak bahas adalah gimana sih rasanya jadi bungsu versi ku. Yuk mariii...

Jadi alih-alih ngerasa jadi anak bungsu sebenernya aku lebih ngerasa kayak jadi anak tunggal. Kenapa? Karna dari kecil aku udah tinggal sendirian di rumah tanpa saudara, kenangan tinggal bareng saudara di rumah itu samar-samar lebih ke nggak ada moment berarti. 

Jadi bakal ku jelaskan tentang ke-dua kakak ku. 

Kakak pertama ku cewek, jarak umur nya dengan ku terpaut 14 tahun. Dia cerdas, cekatan, berani, pendirian ny teguh nyaris keras kepala. Saat aku mulai ngerti kalo ternyata punya kk cewek, dia udah tinggal di kota buat kuliah setelah lulus kuliah dia tinggal bertahun-tahun di rumah kakek nenek bahkan sampe kakek meninggal, nenek meninggal, dia menikah dan punya anak tetep nggak pindah dari kampung halaman nenek. Jadi nggak heran kalo di otak ku nggak punya kenangan spesial dengan nya, hubungan kami pun awkward mungkin selain karna gap umur yang jauh ditambah lagi kami nggak pernah menghabiskan waktu bareng maupun ngobrol dari heart to heart layaknya kk cewek ke adek cewek nya. Kami bahkan nggak pernah bertengkar, ya gimana mau bertengkar ? interaksi aja jarang.

Kakak kedua ku cowok, jarak usia nya dengan ku terpaut 7 tahun. Dia ini tipe manusia dengan darah panas, mudah tersulut emosi, egois mau menang sendiri, selalu menganggap remeh pendapat orang lain, sama sekali nggak dewasa. Sebagai satu-satu nya anak laki-laki di keluarga dia sama sekali nggak bisa di andalkan. Aku sempat tinggal bareng dia cuma sampe umur 8 tahun, jadi ada sedikit kenangan yang samar-samar ku rasa tapi malang nya kenangan yang sedikit itu sama sekali nggak berkesan. Di usia belia ia juga pergi ke kota untuk lanjut sekolah, lanjut kuliah setelah lulus dia langsung hijrah ke ibukota untuk kerja setelah itu menikah. Hubungan ku dengan nya juga nggak bisa di katakan akrab...

Dibadingkan dengan ku, hubungan antara mereka berdua lebih dekat dibuktikan dengan betapa sering nya mereka bertengkar, mereka juga pernah serumah lumayan lama sebelum aku lahir dan juga gap antara mereka cuma 5 tahun. Mereka berdua ini sangat vokal. Setiap bertengkar mereka seolah meyakini bahwa siapa yang menang dialah yang di anggap pahlawan sedangkan yang kalah bener* di anggap loser. Aku nggak ngerti kenapa mereka sebegitu sengit nya nggak mau memahami satu sama lain.

Nah sekarang bagaimana dengan ku ? Menurut ku, aku beda dengan mereka. Aku bukan tipe anak yang menggebu-gebu dan berapi-api kayak mereka. Aku lebih calm dan cenderung sangat cuek, aku nggak pernah tertarik dengan hidup mereka. Urusan mereka ya mereka, bodo amat selagi nggak menggangu, aku nggak peduli. Aku cuma peduli dengan diriku sendiri. Sifat yang luar biasa bukan ? 

Intinya kami ber 3 memang nggak akrab, nggak pernah merasakan serumah yang bener-bener quality time nya kerasa. Bahkan pada saat aku mulai bisa mencerna lingkungan sekitar, aku nge-realease kalo aku sendirian di rumah. Mereka udah melalang buana dan meninggalkan aku sebagai anak bungsu sekaligus anak tunggal di rumah.

Kehidupan ku sebagai anak bungsu rasa tunggal sangat kental. Setelah mereka pergi aku sendirian di rumah, otomatis kasih sayang orang tua langsung tercurahkan ke aku semua. Apapun yang aku mau pasti di turuti, apa yang aku minta selalu terpenuhi. Aku nggak pernah ngerasa kekurangan sedikitpun, orang tua ku bener-bener me"manja"kan aku dan ajaib nya apa yang aku mau aku selalu bisa ngeraih nya, kurang bahagia apa lagi coba ? 

Tapi di sisi lain aku selalu iri dengan teman-teman ku yang juga punya saudara tapi terlihat begitu dekat, baik dari interaksi, tindakan dan aktivitas mereka bener* bikin iri. Kenapa kami nggak kayak gitu ? 

Komunikasi kami bertiga bener* mengkhawatirkan. 

Kalian pasti bertanya-tanya kok aku nulis nya kayak gini? Seolah-olah cerita tentang mereka itu jelek semua? Yahh jawaban nya adalah di mata ku emang itu fakta nya. Ntah di mata mereka, entah di mata orantua ku, entah di mata orang lain. Kita pasti punya sudut pandang berbeda.

Kalo di tanya mereka baik nggak? jawabanya iya mereka baik. Aku cuma ngarasa kami nggak akrab aja. Kayak interaksi kami cuma basa basi aja. Menurutku, kondisi kami saat ini dalam tahap rawan. Maksudnya gini, biarpun interaksi kami basa basi faktanya kami masih terikat. Kami terikat satu sama lain karna masih ada orang tua. Orang tua kami masih hidup. Nah gimana kalo udah nggak ada? Aku nggak perlu njabarin panjang kali lebar untuk tau ramalan apa yang akan terjadi saat masa itu datang. Dengan komunikasi kami yang buruk ini, nggak perlu jadi peramal untuk meramal masa depan.

0 komentar:

Posting Komentar