Pages

Rabu, 09 Oktober 2019

#Noviandriyani - Friend, Young Adult & Marriage


Friend, Young Adult & Marriage
By : Novi Andriyani
Septia alias Yak. 
Jika persahabatan berlangsung lebih dari 7 tahun, Psikolog mengatakan persahabatan itu akan berlangsung seumur hidup *entah psikolog mana haha, anyway faktanya aku dan Yak udah temenan lebih dari 10 tahun dan seakrab itu, yaaa... meskipun sering bertengkar juga, but believe me kita seakrab itu.

Yak memang kadang muncul kadang hilang, tau-tau udah di Saudi, di Jepang, di Jogja, di Malaysia dan baru-baru ini muncul di pintu kostku tanpa di undang, pulang tak di antar 'eh... Bahkan kalo dia lagi free, dalam sebulan kami bisa ketemu hampir 5 kali *Pertemuan yang bisa dibilang cukup sering mengingat pekerjaan kami yang "bersebrangan".

Selama hidup hampir seperempat abad dan ketemu banyak orang, aku nge-realized bahwa kebanyakan manusia meyakini modal utama untuk membangun sebuah hubungan adalah harus punya prinsip yang selaras, tujuan yang sama, sepemikiran dan harus nyambung. Tapi temenku yang satu ini beda. Yak nggak pernah nuntut supaya selaras dengannya. She's really like when we have a different perspective, different opinion, and different choises. Yak nggak pernah memaksa, she's is really tolerant person. Yak sering nanya "kalo menurut pendapat mu gimana?".

She know that I’m different. Ini fakta. Pola pikirku sering out of the box, di tambah lagi aku adalah seorang pengidap Directional Dyslexia dan punya Trust Issue, lengkap sudah keanehanku. Maybe I'am unique, who knows? No one person is the same, but most people are not unique in terms of their endeavors and ideas and  l know it, tapi masalahnya di dalam kehidupan sosial nggak semua orang bisa nerima kenyataan itu, mereka mengganggap hal itu aneh alih-alih unik. But, once again. she's not like the other people, she let me to break the rules. 

Saat sama temen-temenku yang lain, aku harus ngebuat otakku kerja dua kali lebih berat untuk nahan imajinasi dan ide-ide aneh yang sering berontak minta di keluarkan. Aku selalu membatasi pemikiranku yang hampir selalu tak setuju dengan apapun yang mereka yakini. Meski sering protes, tapi ketahuilah bahwa kalimat protes di kepalaku berjuta-juta lebih banyak ketimbang yang dikeluarkan dari mulutku. Beruntungnya aku masih bisa nge-filter apa yang seharusnya di ungkapkan dan apa yang harusnya di simpan, meski kadang ada beberapa yang loss. Opini selaras penting dilingkar pertemananku. Tapi itu nggak berlaku saat aku dengan Septia.

Dalam dua tahun belakangan ini topik bahasan kami selalu sama, we talk about marriage. Sebenernya aku nggak suka, karna belum pengen bahas itu, for me marriage is something complicated and i don't wanna be part of that. Kayak belum waktunya aja. We're too young to talk about that. Tapi opiniku itu jauh beda dengan Yak. Yak adalah penganut paham "wanita sebaiknya menikah di usia 24-25 tahun". Yak selalu mengagung-agungkan pernikahan seolah salah satu masalah hidup bakal lepas ketika kamu sudah sah jadi istri orang. 

Meski aku sering males nanggepin, tapi topic discuss kami jadi melulu tentang pernikahan. Dengan siapa? kapan? bagaimana? etc. Yak bilang pernah di lamar si A si B si C... tapi meski menggebu-gebu tentang pernikahan, Yak sering mendadak insecure dan berakhir gagal. We know that we have to meet the right person, biar nggak beli kucing dalam karung. 

Alasan kenapa topik pernikahan selalu menyita kerja otak Yak lebih banyak, ku tebak karna tuntutan. Orang tua Yak selalu menanyakan hal itu, teman-teman seusia sudah mulai banyak yang menikah, di tambah lagi usia semakin tahun semakin bertambah. Mungkin karna itulah marriage jadi penghuni alam bawah sadar Yak, yang perlahan menyusup jadi terror. Orang tua Yak adalah tipe orang tua indonesia pada umumnya dan orang dalam lingkaran kehidupan kami adalah penganut paham yang sama tentang pernikahan, jadi nggak heran dan itu di anggap wajar.

Yak adalah anak yang ribet plus riweh. Sesuatu yang menurut ku simple jadi belibet kalo Septia yang ngurus. Yak mudah terpengaruh dan punya mood swing yang harus di perhalus lagi, Yak bener-bener definisi manusia pada "umumnya". Menurutku itu bisa jadi salah satu tolak ukur kesiapan untuk menikah. Kalo aku boleh ngomong "Yak belum siap untuk commit with somebody". Tapi tentu Yak punya opini berbeda and i don't have a problem with that. Aku bukan nggak percaya pernikahan. Aku cuma mikir belum saatnya. Sekali lagi marriage is something complicated for me. Banyak ketakutan yang jadi dasar kenapa aku nggak terlalu ngoyo buat nikah saat ini, apalagi di usia sedini ini. 24, 25, 26 is too young for me to get married. 

Yak sering amazed sekaligus nggak setuju di beberapa bagian mengenai pandanganku tentang pernikahan. Yak sering nanya "kamu punya rencana masa depan nggak sih? Impian begini begitu, merancang ini itu?". Aku jawab. Tap kami memang nggak pernah selaras, dia  menerima jawabanku dan nggak pernah protes tentang hal itu dan dia cuma bakal ngomong "Oh, i see..."

Meski aku sering bosan tapi topik ini memang nggak bisa di hindari mengingat kami sudah memasuki usia young adult. Itu wajar. Marriage is one of many topics, which we have a different perspective. Life is a choice. Kita punya hak sendiri untuk membangun apa yang kita mau. Yah kecuali kamu sudah menikah, you have to share.

I don't know what i wrote, but to my bestfriend Septia at this september 11th, I wish all the best for ur life, meet the right person and build ur own family and ur own Happines.

Happy 24 years old yak....


0 komentar:

Posting Komentar